Senin, 10 Maret 2014

[Badminton] Dua Gelar dari Birmingham

Turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England, untuk tahun ini berakhir sudah. Indonesia berhasil membawa dua emas dari The National Indoor Birmingham -- Tempat berlangsungnya turnamen All England Super Series 2014 Digelar.  Banyak cerita menarik seputar pertandingan final semalam. Diantaranya:

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan Akhiri Penantian 11 Tahun
Iya, Indonesia selama ini paceklik gelar selama 11 tahun di turnamen ini. Terakhir wakil ganda putra Indonesia yang berjaya disini adalah Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada tahun 2003. Dengan kemenangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, berakhirlah paceklik gelar tersebut. Dan dengan hasil ini, maka sektor ganda putra Indonesia dari keikut sertaan pertama kali di turnamen ini, Indonesia berhasil mencatatkan sejarah 18 kemenangan untuk Ganda Putra. Di laga final, Hendra/Ahsan berhasil membungkam pasangan ganda putra Jepang, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa unggulan dua.

Butet/Owi Berhasil Mencetak Hattrick
Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir akhirnya berhasil memenangkan laga final dengan mengandaskan musuh yang sama tahun lalu Zhang Nan/Zhao Yunlei asal China dengan skor yang sama pula dengan skor tahun lalu 21-13 21-17. Kerennn.
Suporter Birmingham Bawa Angklung
Kehebohan Istora Gelora Bung Karno Stadium dalam "skala kecil" hadir di National Indoor Arena Birmingham, England untuk mendukung Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Ada yang unik yaitu para suporter Indonesia ternyata ada beberapa yang membawa alat musik tradisional multitonal Angklung yang menjadi ciri khas tanah Parahiangan, Jawa Barat. Alat musik angklung sendiri telah resmi diakui dan dikukuhkan oleh badan PBB, UNESCO, sebagai mata budaya Indonesia yang menjadi warisan budaya dunia yang terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada 16 November 2010 pukul 16.00 waktu setempat dalam sidang UNESCO di Nairobi, Kenya.  
Super Defence Butet/Owi
Permainan ciamik dimainkan oleh pasangan Indonesia ini ketika melawan sang juara Olimpiade London 2012, Zhang Nan/Zhao Yunlei, adalah rapatnya pertahanan mereka. Iya, itu salah satu yang aku lihat menonjol tadi malam. Beberapa kali mereka digempur smash oleh pasangan China ini, khususnya oleh Zhang Nan, sebagai eksekutor dari pasangan China, bukannya Owi/Butet yang kehilangan poin, tapi malah justru Zhang/Zhao nya yang malah kehilangan poin. Solidnya pertahanan Owi/Butet membuat pasangan China ini frustasi harus berbuat apa. Itu justru berdampak buruk dengan permainan mereka. Yup, permainan mereka malah tidak berkembang. Khususnya Zhang Nan yang aku pikir tadi malem mainnya jorok banget. Beberapa kali smashnya nyangkut di net, miss komunikasi dengan Yunlei. Berbeda dengan Owi/Butet yang sejak awal game sudah 'in' dengan permainan mereka, itu membuat mereka mudah mengontrol permainan lawan.


Selamat kepada Owi/Butet dan Ahsan/Hendra yang telah mengharumkan Indonesia di kancah dunia, tak lupa pula kepada para pelatih yang telah memoles mereka menjadi sebuah maha karya kebanggan Indonesia. Eh, bagi yang belum sempet nonton match final tadi malem, sekarang ada re-run match semalem lho di NET. TV.
Yang lokasinya belum tercover NET.TV enggak usah khawatir, kalian bisa streaming di:
http://www.netmedia.co.id/live


http://www.badmintonworld.tv

Sumber:
http://badmintonindonesia.org
http://tournamentsoftware.com
https://www.facebook.com/ramonna.arivia

0 komentar:

Posting Komentar

    Member of

    Followers